SD NEGERI TANSANG-ANSANG ADALAH AWAL MULA

*SDN TANSANG-ANSANG ADALAH AWAL MULA*

Oleh: H. Nuriadi Sayip

Tak pernah membayangkan sejak kecil dan remaja dulu bisa menjadi dosen. Bahkan tak pernah disangka-sangka, akhirnya saya sudah mencapai titik ini, titik dimana saya sudah mencapai gelar Profesor, yang kini disematkan di nama saya yang hanya secuil, hanya satu kata. Sehingga, di setiap forum resmi, baik di Unram ataupun di forum diskusi di luar kampus, gelar profesor itu melengkapi penuh nama saya yang secuil itu menjadi *Prof. Dr. H. Nuriadi, S.S., M.Hum*. Nama ini adalah nama resmi yang kini tertulis di papan nama sebagai dosen, namun saya iseng-iseng tambahkan "Sayip" sebagai nama pena di belakang nama secuil saya itu. Tak disangka pula penambahan nama menjadikannya lebih populer kemudian di masyarakat.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas segala rahmat dan ridhoNya. Karena hanya karena itulah saya bisa mencapai semua itu. Lain tidak ada. Tidak juga karena kepintaran. Tidak juga karena harta kekayaan. Tidak pula karena kemampuan yang lain, yang melekat dalam diri pribadi. Sekali lagi, karena rahmat dan ridho Allah Ta'ala yang terusung melalui alur nasib takdir. Allahuakbar!

Pencapaian ini tentu bermula sekali tersebab oleh peran besar sekolah dasar tempat pertama kali saya mengenal huruf, angka, tanda baca, serta perangkat dasar literasi dan/atau pengetahuan lainnya. Sekolah dasar itu adalah *SD Negeri Tansang-Ansang*. Sebuah sekolah dasar yang dulunya sama sekali tak pernah diperhitungkan sebagai sekolah favorit di antara sekolah-sekolah dasar lainnya yang ada di desa Sengkol atau pun di kecamatan Pujut. Apa sebab? Sebabnya adalah karena masih tergolong baru pada awal tahun 1980-an dan, yang lebih menarik lagi, karena berada di antara kampung yang penduduknya yang nirliteratif serta belum mempunyai kesadaran akan pentingnya dan manfaatnya pendidikan atau bersekolah.

Di antara bukti nyata akan hal tersebut ialah orang-orang tua saya sendiri. Kala itu, ceritanya, saya tidak diperbolehkan sekolah, hanya karena penggembalaan dan pemeliharaan kerbau lebihlah penting daripada pergi sekolah. Sekolah itu, baginya, adalah pekerjaan sia-sia, habis-habiskan waktu. Terlebih kala itu saya, harus diakui, belum begitu cepat "menge" (mudah paham) atau "pongah" (cerdas cekatan) di dalam menangkap pelajaran terutama pelajaran membaca dan berhitung. Fakta ini sering kali diceritakan oleh kawan-kawan seusia, tentu mereka bercerita dalam kesan terheran-heran dan sedikit merendahkan, atas pencapaian atau prestasi saya selepas bersekolah dasar di SD Negeri Tansang-Ansang itu. Cerita itu lamat-lamat masih terdengar saat ini tatkala membicarakan siapa saya saat ini. Jujur, saya tidak menggubrisnya. Karena toh para ilmuan dan tokoh dunia yang diakui jenius serta mempunyai temuan hebat, mereka dulunya saat kecil sering kali dipandang bodoh, idiot, bahkan dikeluarkan dari sekolahnya karena kebodohannya  Mereka menjadi bahan buliyan atau cemoohan teman-temannya saat di sekolah atau di luar sekolah.

Taruhlah contoh, Albert Einstein, seorang manusia yang dianggap paling jenius, sang penemu teori relativitas dan bom atom, dulunya saat masih kecil dia dianggap oleh guru dan teman-temanya sebagai murid yang bodoh. Contoh lain, Thomas Alpha Edison, seorang penemu lampu pijar atau lampu bohlam, dulunya dianggap idiot dan sempat dikeluarkan dari sekolahnya gara-gara tidak bisa mengikuti pelajarannya. Dan masih banyak contoh lainnya lagi. 

Sesungguhnya kelambatan berpikir yang menyebabkan seorang anak kemudian dianggap "bodoh" bukanlah karena kemampuan otaknya yang lemah atau IQ-nya lebih rendah daripada anak-anak yang lain. Tidak! Mereka dianggap terlambat berpikir atau terlambat mengikuti pelajarannya disebabkan oleh faktor ketidak-fokusan atau belum mampu mengkondisikan dirinya untuk fokus pada pelajaran yang diberikan saat diajar oleh guru-gurunya. Mereka harus dibangkitkan kesadaran dan kecintaannya terlebih dahulu pada materi pelajaran, situasi sekolah, dan gurunya bahkan. Dan kala itu, sesungguhnya hal seperti itulah yang saya alami, yang saat ini menjadi bahan refleksi saya. Saya mengalami ketidakmampuan fokus pada setiap pelajaran yang diberikan. Namun setelah berhenti setahun lalu masuk sekolah lagi, kesadaran itu mulai muncul dan kepala sekolah SD Tandang-Ansang, pak H. Hanafi, pengganti pak Drs. Lalu Selinggara, mengakui akselerasi belajar saya hingga tamat sekolah dasar, saya bersama Nurdin alias Bodun (alm.) terus bersaing ketat.

SD Negeri Tansang-Ansang adalah awal mulai dari segala kesuksesan saya saat ini. Tanpa peran guru, yang penuh dedikasi dan perhatian pada anak didiknya, saya tidaklah mungkin akan menjadi seperti ini. Adalah pak Kepala Sekolah SD Tansang-Ansang saat itu, Drs. Lalu Selinggara, yang paling berjasa atas awal mula dimulainya takdir saya menjadi seorang pembelajar tekun dan konsisten. Beliaulah yang tanpa jemu dan bosan berkunjung ke rumah saya, menemui ayah dan kakek saya, untuk meminta saya melanjutkan sekolah, yang kala itu sempat berhenti gara-gara menggebala kerbau. Kurang lebih tiga kali beliau datang ke rumah mempengaruhi orang-orang tua itu untuk mengijinkan saya sekolah. Namun jawabannya tetap "tidak" karena, lagi-lagi, baik kakek maupun ayah saya tidak memahami sekolah itu penting dan bermanfaat. Akhirnya, dengan rasa sedikit kesal, pak Drs. Lalu Selinggara mengancam mereka untuk mendatangkan polisi ke rumah saya. Ancaman pak kepala sekolah: Polisi itu akan menangkap kakek dan ayah saya gara-gara tidak mengijinkan saya sekolah. Nah. Keesokan harinya benarlah kejadian ancaman pak Drs. Lalu Selinggara itu. Akan tetapi, menariknya, bukannya pak polisi yang berseragam dinas yang datang, namun pak hansiplah yang datang. Pak hansip, yang bernama Sinaip (alm.), datang pagi-pagi dengan pakaian dinas hansip ke rumah, dengan alasan minta kopi selain tentu menyampaikan pesan  persuasif kepada kakek saya supaya saya disekolahkan. 

Alhamdulillah, berkat kejadian itu saya keesokan harinya tidak disuruh lagi buka "tanggluk bare" (pintu gerbang kandang) kerbau. Tetapi, kakek saya meminta saya segera mandi dan segera berangkat ke sekolah. Dengan baju dan celana yang lusuh tanpa sepatu serta rambut agak pirang tak bisa disisir, saya mengayunkan langkah menuju sekolah, pun tanpa membawa buku ataupun alat tulis. Lalu setiba di sekolah, dengan rasa canggung, saya memberanikan diri masuk gerbang SD Negeri Tansang-Ansang, dan duduk bersama anak-anak murid kelas empat sebagai murid baru yang mulai belajar dari nol lagi. 

Sejak hari itu, semangat belajar menyusul kemajuan teman-teman kelas muncul dan berkembang. Tapak kaki sejak itu mulai berjejak kuat serta kuncup-kuncup sayap perjuangan merengkuh prestasi mulai bergetar untuk dikibarkan. Dan hingga kini, saya mengakui dengan bangganya sebagai alumni SD Negeri Tansang-Ansang dan ia selalu di hati. Demikian, semoga menginspirasi. Salam santun dan semangat untuk maju!

Mataram, 9 Mei 2023
SD NEGERI TANSANG-ANSANG ADALAH AWAL MULA SD NEGERI TANSANG-ANSANG ADALAH AWAL MULA Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Mei 17, 2023 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.