TENTANG VIRALNYA SI PAWANG IMPOR

 Sedih memang, sangattt sediiih memaang! 😭Tiba2 orang luar dijadikan sebagai Pawang Hujan. Ini Penjajahan Halus. ini Hegemoni yang nyata pada "pengetahuan" dan ke-angoh-an orang Sasak. Apakah begitu tepatnya? 🤔

Hmm....Tampak sepele. Tapi yang sepele itulah yang nyelekit dan menyakitkan di antara kehebohan dan keberhasilan Event MotoGP.  Apa sebab? Karena ini soal pengakuan identitas dan eksistensi. Artinya, secara tidak langsung keberadaan dan identitas pengetahuan orang Sasak tidak diakui atau kuang diakui. Masak iya soal ahli pawang harus diimpor dari luar.

Lalu kita harus bagaimana? Kita jadikan pelajaran, iya, saya setuju. Akan tetapi, tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai "pelajaran" yang kemudian kita menarik "hikmah" lalu menguap seiring hilangnya euforia dan pemberitaan soal MotoGP. Seharusnya, ini menjadi Momentum untuk Merang. Merang untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kita itu ada, kita itu sakti, kita itu hebat. Bentuk kemerangan kita adalah berlomba-lomba menunjukkan ke dunia bahwa Sasak itu memiliki segalanya, melebihi bangsa-bangsa lain. 

Dalam pembacaan saya kemudian, tampaknya harus ada upaya strategis dan sistematis untuk itu, sebagai sebuah gerakan yang solid. Minimal gerakan awal yang harus dilakukan adalah: Sudah saatnya penyebaran Narasi Tawaduk, Rendah Hati, Tunduk kita sandingkan dengan Narasi Wanen, Pemberani Tampil, dan Pongah (tangkas berbicara) bukan Songel. Narasi yang pertama, bagi saya, tampaknya tidak selamanya cocok ketika kita berada di situasi dunia yang homo homini lupus begini. Adalah narasi kedua yang harus dikedepankan. Narasi pertama itu merupakan ekspresi Tindih, sedangkan yang kedua adalah ekspresi Merang. Narasi Tindih harus tetap ada, tetapi narasi Merang harus menjadi tampilan utama ketika bermaksud menunjukkan siapa kita ke dunia. Hanya dengan cara ini kita bisa menunjukkan dan memperkuat "Bargaining Position" bangsa Sasak. 

Jika tidak, maka bangsa Sasak akan selalu dianggap inferior bahkan menjadi derivasi dari bangsa "penguasa narasi" selama ini, yang sudah mencekoki dan mewarnai pengetahuan umum dunia yang boleh jadi banyak yang emoh dan malas membaca tentang kehebatan orang Sasak. SEKIAN. (Catatan tengah Malam, Nuriadi)