CEMBURU
oleh: Nuriadi Sayip
Hatiku bagaikan lautan,
Mengalir air anyep membiru
Tenang
Lembut
Berayun-ayun seirama angin menghembur
Tiba-tiba!
Asap membusung di seluruh permukaan
Api merah berdansa-dansa melumatkan segala
Panas
Beriak
Tak menentu, menjadikan udara pengap
Matahari pun sirna tanpa wibawa
Ahh...ini tidak benar!
Tersungkur aku dalam kesendirian
Mulutku tak mampu berkata-kata
Engkau kini menjadi gemintang di kornea semua lelaki
Hingga aku tenggelam dalam lautan yang tak mampu kumiliki lagi
Jiwaku tersayat!
****
Sakit menghimpit nafas
Melaput angkara yang terpipih
Aku terhanyut!
Dalam geram aku masuk
Ke gua gelap yang lama tak kupijaki
Indahnya hei... gulita!
Gua yang khas mewangi kian dalam kian dingin membasah
Kubiarkan langit gemuruhkan halilintar
Kusengajai kilat menyambar dengan warna merah jambu
Ooooh...gulita yang kini nyawiji!
Ooooh...kerontang yang terairi lagi!
Kami terantuk dalam dahaga
Lampiaskan aliran amarah serupa lava
Ohh dunia, geraklah!
Tanah merekah lepas,
Membuka katup bisu
Di kamar hidup yang senyatanya privat
Aah...birunya langit menyelimuti
Membiarkan dua jiwa menyeiramakan raga
Kuncup riang memekar di balik senyummu
Asap rokok petanda dunia milik bersama
****
Dingin menusuk ngilu
Pada tubuh yang telah kembali ke peraduan norma
Yang tak akan pernah mengerti kebutuhan sejati
Gulita malam menebal!
Jendela-jendela hati mulai tampak tertutup sendiri
Namun pintu-pintu ingatan kian membuka
Tentang kisah kecemburuan yang memakan raga dengan sadis pada musim panas
Sunyi!
Biarkan rindu tumbuh kembali sebagai temali jiwa yang terpisah raga
Biarkan ia menjalari tubuh di balik norma yang berkuasa
Kita akan selalu ada
Meski belantara takdir yang melabirin
Rindu yang berjubah cemburu adalah suluh kalau jiwa masih hidup
Pagi datang, hidup kembali!
Mataram, 18 Juli 2023
CEMBURU
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Juli 18, 2023
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar