HUJAN
(Aku versus Kamu)
Hujan, suara gemericikmu menepis sunyi
Karena hadirmu sebagai cumbu sang semesta pada tanah Rinjani yang kerontang
Hujan jatuh, lirih berbisik,
Menyentuh bumi dalam musik.
Rintiknya menari di kulit,
Dingin, lembut, begitu dekat
Dalam senyum kutengadahkan tangan,
Biarkan hujan melarutkan kenangan.
Hujan menghampiri lalu berbisik:
"Apakah masih menyimpan rindu seperti derasnya airku di jiwamu sayang?"
Namun hanya diam yang bersuara
Bersama bahasa jantung yang berdegup kencang
Tak ada buraian kata yang menyemburat di bibirmu yang ranum
Hanya suara sruput teh bersuara glek tertelan
Mata redup menatap lama berkerdip
Hujan hanya bisa menerka-nerka saja.
Hujan, rinduku tersimpan dalam dalam,
Seperti dalamnya bumi menarik airmu hingga menghilang.
Aku takmau rinduku mengurai ikatan,
yang telah erat mengikat sebelum hadirmu.
Biar kunikmati tehku dalam diam,
Sambil menyaksikan rintikmu berlompatan di permukaan.
Jogjakarta-Lombok, 15 Februari 2025
(Sore hari kala hujan nan syahdu)
HUJAN (AKU Vs KAMU)
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Februari 21, 2025
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar