Mungkin engkau tidak akan tau seperti apa burung kecial berciak-ciak mengepakkan sayapnya
Demi menjangkau pucuk pohon cemara di gunung Kilimanjaro
Kecial yang tabah memang
Dia lupa jika dia hanya mampu hidup panjang di tanah tropika
Tapi dia tetap saja terbang, melihat diri serupa elang sang pengembara maya pada
Dia terus berciak-ciak, menembus tiupan angin yang menderu
Kepakan demi kepakan menghantarkannya menggapai batang-batang cemara yang rimbun.
Sejengkal. Iya, kurang sehasta. Dia lakukan dengan tenaga berburai peluh, menutup kornea matanya.
Mungkin, jarak bukanlah menjadi soal
Karena hidup memang ditakdirkan menjadi samsara
Karena hidup memang dialaskan cinta
Dan samsara karena cinta adalah syahid baginya
Pohon cemara adalah tamsil
Dari rangkaian ikhtiar yang digawanginya
Sebagai makhluk yang menghidupkan cinta sebagai magma jiwa
Maka itu bukanlah soal hasil
Tapi itu soal perjalanan
Laksana Sunggokong yang berjuang ke Barat
Mencari kitab suci
Perjalanannya itu adalah isi kitab suci
Yang dikabarkan untuk dunia
Lalu berciak terantuk tanpa kenal rupa
Demi asa yang terus dirasa.
Mataram, 30 Nopember 2020
KECIAL (Puisi tentang Sebuah Perjalanan)
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
November 30, 2020
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar