LUMRAH DAN SAH-SAH SAJA


Salah satu istilah yg disebut oleh Frederich Nietzsche, sang filsuf eksistensialisme, adalah
"Die Wille zur Macht" (the Will to Power atau Kehendak untuk Berkuasa).
Itu ada dan innate di dalam diri/mental setiap manusia sebagai semangat, katanya.
Maka itu, TGB sdg "memperlihatkan" semangat tersebut pada publik, demi mendapat lokus peran politik yang lebih luas lagi.
So, lumrah saja! Karena dia memang Politisi.
Hanya saja, yang menjadikan hal ini kontroversial adalah karena label Ke-Ulama-an pada figuritasnya, yang mana di balik label tersebut, sisi konsistenan sikap dan perkataan adalah yang utama.
Itu yang menjadi pertanyaan publik. Dan apakah publik salah? Tidak. Sah-sah saja. Sama sahnya saat TGB memberi pernyataan. Karena publik pun punya nalar logis dan mempunyai catatan atas figuritasnya.
Soal ini, lebih jauh biarlah umat dan/atau publik yang menilainya. Benarkah pernyataan dan pergeserannya itu didorong oleh semangat "Die Wille zur Macht" yang machievilian semata? Atau ada "geliat lain" yang sedang dimainkannya? Wallahu a'lam.

#CATATANTENGAHMALAM
7/7/2018

LUMRAH DAN SAH-SAH SAJA LUMRAH DAN SAH-SAH SAJA Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Juli 07, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.