menjadi bulan pada setiap malam
bukanlah keniscayaan yang dipercaya
karena masih ada gemintang berburitan
di sela awan yang melekat pada pelepah masa.
mengapa engkau tidak berhenti sejenak, kawan?
nafasmu tersengal tersekat penat
terdengar kebas menggema di gua sana
aku bisa mendengarnya, iya, membuas.
dengarlah, kawan! bulan tengah menolakmu, karena engkau tidaklah cukup berada di atas kerontang pelatarannya.
maka diamlah!
tak usahlah engkau berunjuk asa dan rupa kepadanya
mendongaklah, menghitung kerlip bintang timur yang bersinar, itu lebih baik.
"aha! alangkah indahnya, tanpa gerak ia mencahyakan purnama
dalam keteduhan membahanakan buana keikhlasan"
pelan, masuklah ke dalam keredupannya
di sana, malam dan siang menari-nari
tanpa tabuhan, ditemani bidadari yang berselendang ketundukan.
Mataram, 21 Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar