Makna "ter-/paling umumnya dipahami atau mengacu pada satu obyek yang berjumlah satu atau tunggal. Dan ini yang biasanya disebut sebagai "superlatif" dalam ilmu struktur bahasa.
Logika makna superlatifitas ini didasarkan pada pemahaman bahwa si dia (obyek yg satu itu) yang "paling" di antara sekian banyak obyek dalam satu wadah/ruang yang sama. Tentu, ini muncul setelah dilakukan "proses komparasi/pengukuran" yang berdasarkan "alat ukur" yang sudah ditentukan.
Akan tetapi, tidak selamanya kata/makna "paling" harus mengacu "satu obyek" ketika ia dikerangkai pada "Konteks logika berbahasa" yang lain.
Dengan kata lain, kata/makna "paling" pada dasarnya bertaraf/bertingkat-tingkat.
Sebagai contoh:
Nuriadi ranking satu di kelasnya, maka dia yg paling/ter-pandai di kelasnya (Kelas Tiga-1), karena nilainya 96.
Tetapi pada saat yg sama ada Baharudin ranking satu di Kelas Tiga-2 dgn nilai 99, ada Amrullah ranking satu di Kelas Tiga-3 dgn nilai 97,5, ada Zamzam rangking satu di Kelas Tiga-4 dgn nilai 98,dan seterusnya.
Jadi Nuriadi, Baharudin, Amrullah, Zamzam adalah siswa2 PALING pandai/TER-pandai (di kelas masing2)
(Ini makna paling/ter- dalam konteks yang pertama).
Akan tetapi, jika dikontekskan pada pertanyaan Siapa yang paling/ter-pandai/ter-baik nilainya di tingkatan sekolah?
maka yang muncul ternyata nama: Baharudin (dari Kelas Tiga-2), karena faktnya dia-lah yang nilainya paling tinggi (99).
(Ini makna ter-/paling pada konteks berbahasa yang lain).
Lalu, apakah salah kemudian jika ada orang berkata:
Nuriadi, Baharudin, Amrullah, Zamzam adalah orang2 terbaik di sekolah tersebut?
Menurut saya, tidak salah, karena si pembicara melihat posisi mereka semua yang menjadi ranking satu di kelas mereka masing2.
Ucapan si pembicara itu adalah wujud pengakuannya yg tidak didasarkan pada kuantifikasi nilai yg diperoleh tapi didasarkan pada posisi (kualifikasi) mereka yg masing2 sbg juara kelas. Mereka sama2 mnjadi rangking satu di kelas masing2.
Sebaliknya, akan berbeda maknanya jika yang ditanyakan "Siapa yg ter-/paling baik di sekolah tersebut? Jika yang dipakai adalah kaca mata kuantifikasi nilai. Maka jawabannya tentu Baharudin.
Jadi, dengan kata lain, ucapan yang mengatakan "mereka-lah orang2 yang ter-baik" bukanlah ucapan yabg sesat pikir, tetapi ucapan yang "mengakui/menghargai" keberadaan mereka di antara sekian banyak/ratusan bahkan ribuan orang. Dengan kata lain, pengakuannya adalah didasarkan posisi mereka scra kualifikasi/pengakuan sosial (baca: kemunculannya di publik).
Demikian. Terima kasih.
(Nuriadi, 4 April 2019)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar