Ini analisis asumtif saya:
Prabowo mengambil/menerima tawaran jadi Menteri rejim Jokowi periode kedua ini, alasannya adalah supaya dia dapat bernafas panjang secara kekuatan dan resources, serta supaya kemunculannya di depan Publik bisa terus intens (bahasa anak milenialnya, supaya dia terus eksis), sehingga nama dan figurnya tidak mati seiring kekalahannya di Pilpres kemarin.
Apakah ini salah? Tidak, tidak ada yang salah. Itu sah-sah saja. Ini bahkan bisa dinilai sebagai strategi perjuangan.
Dengan demikian, dampaknya, Prabowo sudah melakukan Kampanye gratis selama lima tahun ke depan karena menjadi pejabat publik. Lalu, dengan cara ini, Prabowo akan dengan lebih mudah dapat mencalonkan diri lagi sebagai CaPres di tahun 2024. Terlebih, lawan terberatnya, Jokowi, sudah tdk bisa nyalon lagi. Maka, dia akan lebih mudah menggalang suara. Asal, dengan catatan, dia mampu membuat "kebijakan/terobosan" yang bersifat positif bagi atasannya serta bersifat populis dan populer bagi rakyatnya.
Meski begitu, menjadikan dirinya sebagai "pembantu" buat mantan rivalnya, untuk sementara ini, masih dipandang kurang etis di mata masyarakat tertentu mengingat kejadian demonstrasi dan kerusuhan pasca Pilpres yang begitu heboh sampe-sampe beberapa nyawa anak negeri melayang.
Akhirnya, lepas dari kanyataan ini semua, alangkah baiknya kita berpikir positif kepada apa yang dilakukan Prabowo. Serta alangkah baiknya pula mendukung Kabinet yang ditentukan Presiden Jokowi untuk periode keduanya. Karena beliaulah presiden kita. Marilah kita mendukung kepemimpinan beliau dan kabinetnya. Sudah saatnya kita menghilangkan syak wasangka atas segenap kebijakannya. Kubu cebong-kubu kamvret sudah tidak ada lagi. Yang ada adalah rakyat Indonesia yang cinta damai dan yang selalu mendukung kemajuan bangsanya.
#CATATAN-AWAMKU
PRABOWO SUBIANTO MENHAN: STRATEGI?
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Oktober 24, 2019
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar