angin bertiup kencang
pohon pohon berdansa mengikuti ritme melodinya
sesaat mentari terik terus memanasi jiwa
seorang lelaki yang terus mengiba
akan senyum sang putri yang tindih menepih diri
dari balik daun jendela istana
dia masih menutup wajahnya
dengan kerudung merah darah kesukaannya
sang lelaki membiarkan legam tubuhnya
disapu air keringat tercabik mentari
anjing anjing tertawa
burung burung mencela
lelaki itu hanya bisa mendongak
mengiba pada angin membuka jendela istana lebar lebar
sembari memebsarkan mimpi
di siang bolong yang tak ramah
dia mencoba berriak lirih:
adek...boleh minta air?!
tak ada jawaban
hanya desau angin saja yang menjawab
biyaaar biyuuurr....
suara bergemuruh menyapu daun-daun kering di tanah
dedaunan itu sebagian tertahan di tubuh sang lelaki
matanya berkederdip sesekali
sembari nyengir
dengan tangannya menggamit kening
mengupas keringat yang berlumuran di wajah
air dek, mohon dengarkan pintaku sesekali
aku ingin berteduh sebentar saja
sebelum aku melanjutkan perjalanan
ke arah yang tak pasti
hanya ikuti kata hati yang makin menyayat diri
sang putri tak sekali muncul
tapi sang lelaki meyakini dia masih berada duduk di balik helai kain kerudung yang dibentangkan itu
sungguh dia meyakini bahwa dia sedang memperhatikan sang lelaki itu
sembari membaca alam di balik suara lelaki yang parau.
SEORANG LELAKI YANG MENUNGGU
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Februari 24, 2020
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar