TEMBIRAS: Sebuah Perjalanan Sunyi

TEMBIRAS: Sebuah Perjalanan Sunyi

Oleh: Nuriadi Sayip

Tembiras adalah saksi
Tentang sebuah iktikod anak manusia
Yang sedang belajar melangkah menuju koreksi diri
Yang selama ini ia hanya bisa berhujah pada mimpi semata
Laksana Raja Wanasari yang memimpikan Dewi Supraba yang men-duta-kan Labangkara

Tembiras adalah ruang
Tempat membaca sebuah perjalanan suluk
Keluar melepas kuasa akal menjadi kuasa rasa
Tempat menghujamkan makna pasrah sebagai laku.
 
:Dukkalaning hiyang manon handadeken gumi langit

Semua basah. Alam berkuasa.
Pepohonan begitu menjulang
Hamparan tanah begitu murni
Angin menusuk dua lobang telinga
Semuanya berucap dengan bahasa kharisma:
"Selamat datang, hei orang asing di dataran hatiku, yang sepi, tanpa gravitasi kota!"
Aku hanya mendongak, diam.

Di saat alam tengah memperlihatkan singgasananya
Hanya sepetak terpal biru yang memancang
Melindungi sepetak amben bambu 
Suara Tembang Asmarandana menjadi musik pemecah kuasa hujan
Mengurai-urai barisan tentang buritan kisah metafora Takepan

"Inaq Rande Siwaq Kali iku aran inakn Labangkare. Dalem gati kenen. Launt bahasn."
Kata Sang Guru hingkang lunuwih nan pemancar cahaya mulai membuka pintu dunia Tembiras.

Hening, ya hening!
Gemeratak hujan hanya terdengar terus meramah
Gemeretak menari-nari liar di terpal!
Ia seakan memberi pesan bahwa Tembiras malam ini membuncahkan makna bagi semua jiwa yang menjiwa
Indah, ritmis di dada, 
Berdetak!

: Ilahi anta maksudi waridhoka wa matlubi atini mahabbataka wama rifatika
(Detak kalbu seketika aktif menyatu dengan nafas: hu hu hu hu hu...)

Nafas adalah sejatinya puisi sunyi
Yang menghidupi raga dan jiwa manusia 
Sehingga hidup segar laksana hamparan Tembiras 
Sehingga akhirnya diri ini mengerti makna "sapuk hitam" yang tersematkan
Sehingga akhirnya hati ini mengakui kepapaan tentang banyak hal

Dan orang-orang yang melingkar adalah para Salik yang sejati
Yang sudah menapaki Derajat Tujuh 

:Aku merasa seperti Bebeaq, yang tak tau apa-apa, kecuali suara tangisku yang masih berbalut nafsu.

Tembiras, terima kasih ku ucapkan dengan mata menerawang
Ijinkan aku menapakimu kembali, melintasi rintang licin bebatuan yang terus menjulang
Karena aku sudah mulai rindu
Sejak jejak pertama kaki istri membuka pintu gerbang, menyambutku kembali dari dataran hatimu, tadi pagi.

Mataram, 31 Januari 2021
TEMBIRAS: Sebuah Perjalanan Sunyi TEMBIRAS: Sebuah Perjalanan Sunyi Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Januari 31, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.