MERAYU TUHAN

Tuhan, 
Apakah Engkau masih di sana?
Aku rajin datang lho Tuhan mengisi daftar absenku, atas dasar dorongan bathinku yang masih mengaku sebagai hamba.
Berkali-kali pula aku menghampiri pintu rahmanMu itu dan mengetuknya dengan irama yang kadang cepat, kadang lembut, kadang tergesa-gesa, sembari memanggil namaMu. Tetapi hingga kini tak ada jawaban atau suaraMu yang menjawab itu semua.

Tuhan,
Apakah Engkau masih di sana?
Atau sedang pergi ke tanah Palestina untuk mengawasi perkembangan terbaru perihal konflik yang terjadi di antara kaum manusia yang merasa diri memilikinya?
Ataukah Engkau sedang pergi berlibur di tepi-tepi pantai Hawai yang biasanya dilakukan orang Amerika pada musim panas?

Tuhan,
Apakah Engkau masih di sana?
Aku datang mengetuk pintu rahmanMu untuk bersua denganmu.
Aku mau curhat Tuhan. Curhat tentang keinginanku yang sebelum-sebelumnya aku kirim lewat surat tanpa stempel pos padamu.
Aku melakukannya pada siang dan malam tatkala orang-orang sedang terlelap dalam bentaran mimpi-mimpinya.

Tuhan,
Apakah Engkau masih di sana?
Sudikah kiranya Engkau membuka pintu rahmanMu sekali ini saja?
Kedatanganku kali ini ingin menunjukkan betapa lusuhnya kain jiwaku yang setiap saat aku pakai karena kain itu adalah pemberianMu sejak aku dalam kandungan ibuku.

Tuhan,
Apakah Engkau masih di sana?
Engkau harus tahu bahwa manusia seperti aku ini adalah manusia yang selalu haus. Haus akan perhatianMu. Karena perhatianMu adalah bukti empiris atas bathinku yang merasa tak pernah puas atas esensi kenikmatan dunia ini.

Tuhan,
Apakah Engkau masih di sana?
Mengapa Engkau tidak mau menjawab sapaanku?
Mengapa pula Engkau tidak mau membuka pintu rahmanMu?
Apakah gara-gara aku bukan kiyai atau ustad, atau auliya lalu Engkau enggan membuka pintu?
Sesempit itukah Engkau sekarang?
Padahal aku berkali-kali mendapat ceramah dari ustad di kampungku kalau Engkau mengayomi semua macam dan rupa manusia, termasuk manusia seperti aku ini.

Tuhan,
Mengapa Engkau pilih kasih, jika itu memang begitu keadaannya.
Mengapa Engkau maunya hanya dipuja-puji dan dirayu-rayu saja baru Engkau mau menoleh atau membuka pintu rahmanMu?
Apakah Engkau kini seperti gadis belia yang haus akan rayuan dan pemanjaan pemuda barulah Engkau beringsut dari arsy-Mu yang megah itu?

Tuhan,
Jika Engkau memang seperti yang dipikirkan oleh para kiyai dan ustad di kampungku, maka aku mau meminta satu hal saja Tuhan, ialah berikan aku kepandaian dan kefasihan untuk merayumu seperti Raden Repatmaje merayu gadis cantik nan mempesona bernama Dinde Ayu Rengganis yang saat saban waktu ia dambakan.

Mataram, 5 Sepetmber 2021
MERAYU TUHAN MERAYU TUHAN Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on September 05, 2021 Rating: 5

Post Comments

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.