PUTRI MANDALIKA (Sosok yang Inspiratif dan Ikonik)

PUTRI MANDALIKA
(Sosok yang Inspiratif dan Ikonik)

Oleh: H. Nuriadi Sayip

Siapa yang tidak kenal dengan nama "Mandalika" sekarang? Rasa-rasanya sulit untuk mengidentifikasi orang yang tidak mengenal atau tidak pernah mendengar nama "Mandalika" saat ini. Hal itu karena nama itu sudah mendunia, sudah menjadi trending, sudah menjadi ikon, untuk kawasan pantai bagian selatan pulau Lombok. Orang luar ketika mendengar nama Lombok maka yang langsung diingatnya adalah Mandalika. Melebihi popularitas nama pulaunya sendiri, yakni Pulau Lombok. 

Ini disebabkan oleh event dunia yang beberapa saat yang lalu telah dilangsungkannya Event Balap Motor Bergengsi Dunia yaitu MotoGP Race, yang memang di kawasan itu Pemerintah Pusat telah membangun Pertamina MotoGP yang sangat bergengsi. Karenanya, jutaan pasang mata seluruh dunia sempat tertuju ke lokasi itu dan menjadi ajang olah raga tersukses sepanjang pemerintahan Joko Widodo sejauh ini. Selain itu, Pemerintah Pusat sudah mencanangkan dan atau melabeli kawasan itu sebagai KEK Mandalika yakni dijadikannya sebagai kawasan pengembangan pariwisata kelas wahid dunia yang menjadi program pemerintah superprioritas. Akan tetapi, nama "Mandalika" benar-benar berkibar tatkala ajang MotoGP itu dilangsungkan dan sukses. 

Dampaknya kemudian, nama-nama lokal kultural yang sebelumnya melekat di kawasan tersebut, utamanya nama-nama pantai, pelan tapi pasti memudar. Masyarakat luas sudah mulai tidak mengenal nama Kute, Aan, Seger, Ebunut, dan lain sebagainya. Mereka lebih cenderung mengingat nama "Mandalika". Apakah ini sebuah anugerah ataukah sebaliknya? "What's in a name", apalah artinya sebuah nama, kata sastrawan terkenal Inggris, William Shakespeare dalam dramanya yang berjudul "Romeo and Juliet". Romantisme penamaan kini sejatinya telah bergeser menuju pragmatisme kemanfaatan bagi pembangunan nasional dan daerah lokal. Hal ini terus digalakkan demi "menara gading nama Mandalika" merembes dan berbaur menjadi "menara air yang selalu memberi penghidupan yang nyata dan menyeluruh bagi masyarakat lokal dan nasional. 

Pada dasarnya, jauh sebelum mencuatnya nama "Mandalika" mencuat ke level internasional yang men-trending, nama dan figur "Mandalika" sudah menjadi pengetahuan dan inspirasi khususnya bagi masyarakat Sasak Lombok, sebagai pemilik syah dongeng atau cerita rakyat "Putri Mandalika". Bukti sebagai pengetahuan umum, ketika mendengar "Event Bau Nyale" (sejenis cacing karang laut), maka mereka pasti ingat akan ingat dan membayangkan secara imaginer Putri Mandalika. Tidak hanya ingat tetapi juga menghafal bagaimana seluk beluk persoalan bathin dan politis hingga si Putri akhirnya melakukan "pengorbanan diri" dan berubah menjadi "nyale". Selain itu, bukti kefiguran Putri Mandalika sebagai inspirasi, masyarakat Sasak menjadikan Mandalika sebagai nama lokus atau tempat strategis, misal, salah satu Perguruan Tinggi swasta tertua di Lombok kini dinamai Universitas Mandalika, pun nama terminal bis terbesar di Mataram dinamai Terminal Mandalika, Lapangan Sepak Bola Mandalika di kecamatan Pujut (yang kini berubah menjadi rumah sakit khusus MotoGP), dan sebagainya. 

Benar! Sosok Putri Mandalika memang pantas atau layak dijadikan sebagai ikon dan inspirasi. Ada dua faktor, menurut saya, mengapa kepantasan itu terjadi yakni: (1) Faktor Diri sang Putri dan (2) Faktor antropologi masyarakat. 

Pertama adalah faktor Diri sang Putri. Putri Mandalika memiliki tiga hal yang menjadikannya menjadi ikonik dan inspiratif yakni (a) kemolekan paras yang tidak ada bandingannya, (b) kearifan mental atau personalitasnya, dan (c) posisi sentralnya sebagai putri raja yang berkuasa. Yang pertama, hal yang menyebabkan kenapa cerita atau legenda Putri Mandalika menjadi melegenda dalam masyarakat Sasak adalah karena rupa fisik sang putri yang cantik jelita, yang digambarkan dalam imaji masyarakat, sebagai sosok ideal. Dalam arti kata, segala hal yang bagus dan indah dari kemampuan orang Sasak dalam membayangkan makna "cantik" itu semua ada pada diri fisik Putri Mandalika. Akibatnya, tidaklah mengherankan kemudian para raja dan pengeran dari berbagai kerajaan yang ada di Lombok berbondong-bondong datang ke istana kerajaannya Putri Mandalika untuk melamar dengan maksud mempersunting sang putri sebagai permaisurinya. Tidak hanya melamar, tetapi bahkan cenderung memaksanya supaya sang putri mau menerima diri si pelamar menjadi suaminya. Dampaknya, semua raja dan pangeran mengancam apabila tidak dipilih oleh sang putri si pelamar mengancam untuk menyerang kerajaannya dan perang pun akan pecah. Ini semua karena paras cantiknya sang putri. 

Di samping kecantikannya yang luar biasa itu, hal lain yang menjadikan diri sang Putri adalah karena keanggunan budi atau kearifan diri sang Putri dan posisi sentralnya sebagai putri raja yang berkuasa. Bukti kalau Putri Mandalika menjadi sosok yang arif atau bijaksana adalah dia selalu meminta pendapat, pemikiran atau pandangan dari orang-orang terdekatnya, bahkan termasuk dari dayang-dayangnya. Sang Putri adalah pribadi yang terbuka, yang mau mendengar serta meresapi setiap pemikiran atau pandangan dari orang-orang itu. Dia bukan pribadi yang impulsif namun pribadi yang reseptif-reflektif. Akibatnya, dia tidak akan pernah membuat keputusan secara spontan dan bergantung dorongan emosinya saat itu, melainkan selalu menggunakan waktu untuk melakukan refleksi dan pertimbangan secara tenang bahkan meminta petunjuk atau bimbingan dari Yang Maha Kuasa sebelum membuat keputusan. Inilah ciri pemimpin yang baik. Pemimpin yang mau mendengar, yang memikirkan dampak akibat di depan, pemimpin yang penuh perencanaan, serta pemimpin yang altruistik yang selalu mementingkan kemaslahatan orang lain daripada dirinya sendiri. Terlebih, sebagai hal yang ketiga, sang Putri berada di pucuk lingkaran kekuasaan. Dia sangat berhati-hati di dalam keputusan. Karena dia sadar bahwa posisinya berada pada "Sabda Pandita Ratu"yakni apapun sikap dan keputusan yang diambil otomatis menjadi pedoman, ketetapan dan hukum yang berlaku secara pasti dan mengikat. Dalam konteks ini, wajarlah sang Putri mengalami dilema sebelum megambil keputusan. Namun di ujung proses itu, sang Putri akhirnya membuat keputusan yakni "menyeburkan diri ke laut"dan rela menjadi "nyale" demi kemaslahatan, kebahagiaan, dan kedamaian bersama. Seperti demikianlah sosok seorang pemimpin yang menjadikannya sangat inspiratif.

Yang kedua adalah faktor antropologi masyarakat. Cerita atau legenda Putri Mandalika memang telah menjadi bagian dari "sistem pengetahuan" masyarakat Sasak. Sistem pengetahuan, kata Kluckhon, merupakan salah satu unsur budaya uiniversal. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang menjadi bagian ideologi masyarakatnya. Betapa tidak demikian, cerita Putri Mandalika menjadi "prototipe" imaginer" tentang sosok manusia Sasak, khususnya kaum perempuan Sasak. Putri Mandalika menjadi idola. Artinya, perempuan Sasak yang baik dan ideal adalah seperti  sosok Putri Mandalika. Posisi yang baik dalam berbagai ranah peran adalah seperti yang dijalankan Putri Mandalika. Perempuan yang berpribadi anggun adalah seperti Putri Mandalika. Dengan penggambaran ideal seperti itu di masyarakat, cerita Putri Mandalika menjadi darah daging masyarakat Sasak utamanya di wilayah Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Putri Mandalika telah menjadi rujukan kefiguran mereka.

Selain menjadi pengetahuan, cerita Putri Mandalika kini telah menjadi proyek tahunan pemerintah daerah, yakni diselenggarakannya Festival Bau Nyale di sepanjang pantai laut selatan Lombok, dan secara khusus biasanya dilaksanakan di Pantai Seger, yang kini berdempetan dengan kawasan Sirkuit MotoGP. Tempat ini menjadi tempat yang paling ikonik dalam pelaksanaan kegiatan Bau Nyale (Menangkap/Mengambil Nyale). Hal ini diyakini  sebagai pengetahuan oleh masyarakat Sasak sebagai tempat asli di mana Putri Mandalika menceburkan diri ke laut dulu. Pengetahuan ini telah berkembang secara turun-temurun. Acara Bau Nyale menjadi kegiatan rutin masyarakat Sasak. Bahkan Nyale diyakini bisa menjadi obat dan penanda keselamatan atau "sereat" oleh masyarakat. Tidaklah mengherankan, nyale dijadikan "sembeq" ketika baru didapat. Lepet atau bungkus nyale dijadikan sebagai "saweq" (tanda) di tengah padi di sawah. Masakan nyale menjadi masakan idaman dan istimewa oleh masyarakat. Fakta ini membuktikan betapa nyale dan Putri Mandalika sudah menjadi sistem pengetahuan. Terlebih, semua ini sekarang didukung oleh pemerintah yang setiap tahun mengadakan Festival Bau Nyale. Festival budaya dan pariwisata yang mampu menyedot perhatian masyarakat di luar Lombok karena keunikan dan kemegahan cerita Putri Mandalika sebagai sosok aktor di balik pengetahuan dan festival tersebut. 

Lalu, dengan semua ini, adalah tugas kita semua "menghidupkan"  eksistensi pengetahuan dan event budaya ini untuk tetap benutrisi dalam mengisi relung kebudayaan Sasak. Menghidupkan dalam arti mengisinya sebagai pengetahuan yang utuh dan bernilai bagi semua level masyarakat. Dengan cara itu Mandalika yang sudah menyemat secara resmi di kawasan KEK di daerah selatan tidak hanya plang nama tetapi bisa menjadi nafas ikon identitas kita. Untuk hal ini, tidak ada yang diharapkan selain kita. Maka, mari kita mengatur strategi!.SEKIAN

Mataram, 8 Juni 2022
Sumber: nuriadisayip.blogspot.com
PUTRI MANDALIKA (Sosok yang Inspiratif dan Ikonik) PUTRI MANDALIKA (Sosok yang Inspiratif dan Ikonik) Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Juni 08, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.