SOAL KEHEBOHAN KUNJUNGAN YAHYA STAQUF KE ISRAEL
oleh: Nuriadi Sayip
Dalam sejarah perjuangan Indonesia, ada dua strategi perjuangan yang dilakukan para pahlawan kita i.e. Strategi Non Kooperatif dan Strategi Kooperatif.
Terkait ini, ketika umat Islam berjuang membela saudara kita di Palestina yang tertindas oleh kekuatan Israel dan Barat, maka patut dibaca kunjungan yang dilakukan KH. Yahya Cholil Staquf itu dalam konteks strategi perjuangan kooperatif. Di sana dia jelas-jelas menyampaikan pesan utama ajaran Islam yaitu "rahmah" (yaitu: ajaran agama Islam yang selalu mengedepankan sikap kasih sayang dan perdamaian). Dengan penyampaian ini, dunia Barat khususnya bangsa Israel semakin paham atas agama Islam, yang secara faktawi menjadi agama Samawi bersamaan dengan Yahudi dan Nasrani.
Dalam konteks ini, Yahya Staquf sedang berjuang secara halus serta melakukan penyindiran pada mereka (musuh Islam) langsung ke ulu ideologisnya. Dia sebenarnya sedang mengobrak-abrik inti ideologi bangsa Israel dengan pesan moral yang luhur dari ajaran Islam yang bernama "rahmah" tersebut. Tidakkah setelah menyampaikan konsep rahmah ini, seluruh hadirin spontan bertepuk tangan dan bersetuju atas ide tersebut? Tidakkah pula terlihat di video bahwa lawan dialog Yahya Staquf (pemuka Yahudi dari AJC) langsung menerima konsep rahmah itu dengan menyebut pula gagasan/ajaran yang sama/senada dalam ajaran Yahudi?
Apabila kita berusaha melihat kunjungan Yahya Staquf tersebut dalam konteks ini, mungkin kita tidak terlampau mencerca secara emosionil hal yang dilakukannya. Selebihnya, memang, kita berharap Yahya Staquf memberi klarifikasi publik terhadap apa motif dan hasil yang dicapainya.
Perlu diketahui, berkunjung ke sarang musuh bukan selamanya bermaksud untuk berdamai dan menyetujui kebiadaban yang dilakukan oleh mereka, tetapi sebaliknya dalam rangka perjuangan secara halus sembari membaca hal-hal yang menjadi titik lemah yang dimiliki mereka.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang diutarakannya terkesan dalam konteks pandangan liberal. Dan ini cukup sulit diterima oleh nalar awam. Misal, pandangannya bahwa Al-Quran dan Hadis itu adalah dokumen sejarah. Nah, ini juga menjadi polemik yang paling mengemuka. Mungkin lebih tepatnya, bahwa setiap ayat Al-Quran dan riwayat Hadis muncul tidaklah bisa terlepas dari asbabun nuzul dalam bingkai sosio-kulturalnya yang kita sebut sekarang sebagai konteks kesejarahannya.
Wallahu a'lam bissowab.
#StatusNgeremon
cc. Amaq Jayangrana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar