AIR

Air, ia bening pada mulanya
Namun angin yang membawa bara dan abu menjadikannya kemut keruh
Bergelombang di antara riam-riamnya
Tanpa arah, tanpa alur

Tak menarik untuk ditatap
Tak menyehatkan bila ditelan
Hanya bisa dijadikan sebagai penanda 
Bahwa kemarin dan hari ini masih basah terasa

Air, ia akan kembali bening
Pada waktu tak terlalu lama
Karena dirinya sejatinya tersiksa
Bila dikoyak tanpa nada yang mengirama

Maka sabarlah! Iya sabarlah!
Sesabar engkau menunggu pagi ketika baru saja petang menyapa.
Petang tak 'kan lama berubah menjadi gulita,
Gulita pun tak lalai menanti kokoknya ayam

Hei, sudahkah engkau menggantang air petang ini?

Mataram, 31 Oktober 2021
AIR AIR Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Oktober 31, 2021 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.