Puisi: CORETAN LARUT MALAM

Malam larut ketika mata angin ribut
Memantulkan dingin yang kusut
Mata terkatup selaput oleh hasut
Yang kian hari kian serupa Uhud
Ah, kita memang terlahir dari masalah:
Masalah yang dibuat bersama
Ingatlah, sejak semula kita bersepakat
Untuk tidak menyepakati segala
Lalu membiarkan diri tercerabut dari rupa
Yang tumbuh sepenggalah oleh sucinya jiwa

Lalu mengapa engkau tibatiba perduli pada angin?
Tidakkah sejak dulu ia bertugas seperti itu?
Janganjangan engkau baru tersadar
Bahwa keadilan itu hanya busa penguasa
Jika iya, maka engkau lahir pada waktu yang terjepit musim

Maka lebih baik kita mengabaikan semuanya
Jika kita tidak mau terjebak pada isuisu
Karena ia dihadirkan semata pemuas nafsu pikiran amarah
Maka lebih baik kita hadirkan denting dan alunan jiwa
Lalu berdansa dengan kejujuran karenanya
Yang berpancar sejak pertama kali kita belajar melangkah
Sebagai manusia yang bernurani

Astaga! Penguasa negara seolah serupa kata tak bertuah saja
Kita hanya terkesiap terhipnotis olehnya
Kita tidak bisa sepenuhnya menggantung nasib padanya
Lebih baik kita biarkan suara musik jiwa membahana
Hingga menembus batasan definisi waktu
Bahkan jika bisa biarkan Tuhan juga ikut berdansa.

Mataram, 13 Febuari 2018

Puisi: CORETAN LARUT MALAM Puisi: CORETAN LARUT MALAM Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Februari 14, 2018 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.