Puisi: CINTA ZAENUDIN-HAYATI (Dalam Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijk)


Emosi memuncak!
Atas nama cinta
Manusia tegar
Atas nama cinta
Manusia lemah
Atas nama cinta
Manusia pendendam
Atas nama cinta
Manusia kesetanan
Atas nama cinta
Manusia hidup
Atas nama cinta
Manusia mati

(Semua terpotret dalam film itu! Emosi penonton diaduk-aduk, menyumpah-nyumpah setiap tokoh utama dan latar yang absurd).

Emosi memuncak!
Ketika Zaenudin yang sentimentil
Menjadi sok tegar
Dan melepas Hayati
Pergi menjemput ajalnya
Zaenudin bodoh
Tidak beradab pada aras keadaban cinta
Zaenudin platonis
Mengubur Hayati demi menghidupkan Hayati
Zaenudin masokis
Yang telah memperalat cintanya mencapai kemahsyuran dan kejayaan
Namun menyesal dalam tangkar cintanya sendiri

Adat ya adat!
Tertulislah nyata ia menjadi kausalitas
Kesengsaraan manusia
Sebab terlalu berkaca mata kuda
Bermuatan oposisi biner
Tatkala melihat nilai kemanusiaan manusia
Sehingga kepantasan seseorang tertimbang oleh mata dacinnya saja
Maka cinta tulus dua insan
Zaenudin dan Hayati
Terpenggal oleh bilah sang adat itu,
Sehingga melahirkan ketidakmampuan perempuan serupa Hayati
Sehingga menghadirkan dendam kesumat pada pemuda serupa Zaenudin
Sehingga memenangkan sang kaya dan berbangsawan serupa Azis

Lalu kapal Van der Wijk, meski tenggelam, yang menjadi pahlawan
Ialah peretas semua itu!
Pemisah kisah romantis menjadi realis,
Sehingga cinta yang mewajar tumbuh, bisa bersemi kembali serupa sedia kala:
Cinta yang mengakui keberadaan masingmasing
Meski hanya sekejap kilat
Dalam wujud yang mengharu biru
Dan emosi memuncak pun
Terpipih akal:
Bahwa cinta sejati bukan pada fisik
Tetapi di dalam jiwa menyerupa keimanan yang menjalari urat nadi
Sepanjang hayat.

(Lalu kata-kata bijaklah menjadi penutup kelir -- ekspresi bahasa akal manusia bernama Zaenudin, supaya hati penonton bisa menarik nafas lega).

Mataram, 4 Januari 2018
Puisi: CINTA ZAENUDIN-HAYATI (Dalam Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijk) Puisi: CINTA ZAENUDIN-HAYATI (Dalam Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijk) Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Januari 04, 2018 Rating: 5

Post Comments

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.