MENELUSURI JEJAK RELIGIUSITAS (ISLAM) DI LOMBOK DALAM NASKAH JATISUARA (Bagian 1)

MENELUSURI MASUKNYA ISLAM KE LOMBOK DALAM NASKAH JATISUARA (Bagian 1)

Oleh: H. Nuriadi Sayip

Dalam naskah takepan Jatisuara Sasak, dikisahkan bahwa Islam datang ke Indonesia, khususnya Lombok, melalui proses yang sangat panjang. Dibutuhkan perjalanan panjang yang dilakukan oleh sang penyebar agama Islam di Lombok serta dilakukan dengan pengorbanan waktu dan tenaga. Hanya perintah jihad dari Allah dan amanat Rasulullah SAW-lah ikhtiar ini bisa terlaksana dengan baik dan efektif.

Dikisahkan bahwa tokoh yang bernama Jati Suara, tokoh muda, melakukan pengembaraan dan pelayaran panjang ke wilayah Nusantara ini, dengan menggunakan perahu yang berpindah-pindah hanya demi mencari ilmu agama tertinggi yang bernama ilmu tasawuf (Sufisme). 

Jati suara melakukan perjalanan dari negeri Campa China, yang sekarang termasuk wilayah China, datang ke Nusantara dengan dalih mengejar ilmu agama tertinggi. Mulanya Jati Suara singgah di Pasai, lalu pindah ke wilayah Palembang, dan setelah sekian tahun lamanya, dia pergi ke Jawa hingga ujungnya sampailah ia di pulau Lombok ini. Jati Suara yang digambarkan sebagai tokoh muda ganteng, cerdas dan pemberani. Seorang pangeran. Dan rela meninggalkan istri dan kenyamanan hidupnya sebagai bangsawan hanyalah demi menuntut ilmu dan pengembaraan. Tujuannya adalah untuk menemukan "Suara yang Sejati", yaitu suara bathin kalbu yang dihidupkan oleh ilmu hakikat ma'rifat, yang bersifat uluhiyyah dan laduni. Persis seperti yang dialami Sahi Merdan atau Indarjaye dalam takepan Indarjaya Sasak.

Dia akhirnya menisbatkan dirinya berguru dan terus berguru dari satu guru ke guru lainnya. Di Palembang dia berguru pada salah satu Syekh yang karomah. Dalam sekian tahun dia mampu menguasai ilmu yang dimiliki sang Syekh. Di Jawa dan Madura, Sang Jatisuara pun membuat para guru-gurunya terkesima karena kecerdasannya di dalam menguasai ilmu "lanangin jagat jati" yang dimiliki para Kiyai itu. Bahkan saking takjubnya para guru itu, mereka meminta Jatisuara untuk   dinikahkan oleh putri-putrinya nan jelita. Semua istrinya tunduk dan patuh melayani sang tokoh gagah Jatisuara.

Namun, baginya istri-istri yang jelita itu bukanlah tujuannya mengembara. Tujuan utamanya adalah mengejar ilmu tauhid dan ilmu ma'rifat yang bagus. Karena itu, dia meninggalkan istri-istrinya dan berpmitan ke guru-gurunya untuk terus mengejar ilmu.

Hingga akhirnya, Jati Suara sampai di negeri Lombok yang indah mungil namun mempunyai gunung tertinggi di Indonesia, yakni di atas 4000 mdpl ketika masih bernama Samalas (yang meletus tahun 1257, akhirnya melahirkan Segare Anak), seperti disebut di dalam Babad Lombok. Dia menemukan kesejatian ilmu di Lombok. Dia menemukan mata rantai Suara yang Paaling Sejati di Lombok, dengan menemui para tokoh wali  yang setiap waktu tertentu bertemu di Gunung Rinjani. Lalu, Jati Suara meleburkan dirinya sebagai hamba yang fana di Lombok, dengan menekuni alur ajaran sufi: "man arofa nafsahu faqod arofa robbahu". 

Itulah sebabnya Islam ala sufisme di Lombok khususnya dan Nusantara umumnya cenderung lebih berwarna daripada ilmu agama Islam syariat. Islam ala sufisme dengan disebarkan oleh para Auliya atau Wali Allah adalah ciri khas utama dan pelaku utama penyebar Islam di Lombok. Tidaklah heran kemudian Wali Nyatoq, Wali Loang Baloq (Gaoz Abdul Rozak) di Lombok dan para Wali Songo (dari Syekh Subakir, Jumadil Qubro, Sunan Ampel, Giri, Kalijaga, Bonang, Gunung Jati, Kudus  Muria, dst.) di Jawa, serta wali-wali lainnya di Sumatera dan Kalimantan sangat mendominasi cerita penyebaran agama Islam. Dan cerita Jati Suara adalah bahasa perlambangan atau simbol literer tentang seperti apa Islam berkembang di masa awal Lombok dan Nusantara serta bagaimana pola pengajaran/pencarian ilmu agama Islam  dahulu kala.

BERSAMBUNG....

Mataram, 4 Mei 2022
MENELUSURI JEJAK RELIGIUSITAS (ISLAM) DI LOMBOK DALAM NASKAH JATISUARA (Bagian 1) MENELUSURI JEJAK RELIGIUSITAS (ISLAM) DI LOMBOK DALAM NASKAH JATISUARA (Bagian 1) Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Mei 04, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.