TRADISI BEJAMBEQ/MEREWEH PADA MALAM LEBARAN

TRADISI BEJAMBEQ/MEREWEH PADA MALAM LEBARAN

Oleh H. Nuriadi Sayip

Dahulu, tradisi orang Sasak terutama kaula muda Sasak biasanya menjalankan tradisi bejambeq atau mereweh ketika menjelang Lebaran, biasanya pada malam Lebaran. 

Tradisi bejambeq atau mereweh adalah aktifitas kaula muda laki-laki memberi kado atau pemberian istimewa kepada pacarnya. Bentuk kado atau pemberian ini bisa bermacam-macam rupanya sejauh pemberian itu dianggap istimewa, yang bisa membuat pacar dan keluarga pacar terutama ibunya si pacar bahagia. Menurut orang tua, bentuk pemberiannya adalah hasil bumi yang terbaik, berupa macam-macam buah-buahan disertai kain, pakaian, minuman botol, sirup, dan seterusnya. Dalam periode kekinian, bentuk bejambeq yang dihantar ke pacar dapat berupa pakaian, perhiasan emas yang dikemas sedemikian menariknya. Bahkan, ada juga yang berupa uang. Pokoknya bergantung pada rasa dan kemampuan sang kaula muda didalam memperlihatkan rasanya serta kepeduliannya untuk sang pacar dan keluarganya.

Pemberian kado (bejambeq/mereweh) ini umumnya diberikan pada malam Lebaran. Biasanya bahan pejambeq ini dikemas seindah mungkin di dalam "keraro" (bakul besar) yang dihantar langsung ke rumah sang pacar melalui bantuan teman atau keluarga kaula muda itu. Pada saat diberikan ke sang gadis, penjambeq itu disaksikan langsung oleh keluarga khususnya ibu kandung si gadis, serta tukang hantar harus melafalkan/menyatakan secara terbuka bahwa barang penjambeq itu berasal dari siapa serta memohon keikhlasan si gadis untuk menerimanya.

Mengapa harus dilafalkan secara terbuka dan disaksikan keluarga? Itu karena dulu si gadis Sasak biasanya mempunyai banyak kaula muda yang datang "midang" (ngapel). Umumnya gadis Sasak mempunyai pacar lebih dari satu. Semakin gadis itu cantik, maka tidaklah mengherankan kalau dia mempunyai lebih dari satu pacar. Pacarnya bahkan tidak hanya dari satu kampung, tetapi datang dari kampung atau desa lain. Beberapa kali saya mendapat cerita dari orang-orang tua perempuan kalau mereka bisa mempunyai pacar lebih dari sepuluh. Dan itu adalah kebanggaan! Itu adalah pembuktian kalau dia itu cantik jelita. Karena itu juga, tidak mengherankan jika sering kali terjadi perkelahian antar kaula muda disebabkan memperebutkan sang gadis. 

Maka itu, apabila si gadis mempunyai lebih dari satu pacar bahkan ada sepuluh, maka tidaklah heran betapa dia akan tampak sangat kaya,  mewah, dan merasa sangat istimewa pada malam lebaran. Karena semua pacarnya akan berlomba-lomba memberi pejambeq yang paling istimewa kepadanya. 

Keberadaan gadis sasak yang mempunyai lebih dari satu pacar adalah hal lumrah. Jangan anggap aneh. Ini keunikan budaya. Apakah ingat cerita legenda Putri Mandalika? Itulah gambaran literernya. Bahwa Putri Mandalika tidak bisa menolak lamaran banyak laki-laki/pangeran yang datang kepadanya. Dia, sebagai gadis hatta dia seorang putri Raja, tidak mempunyai hak untuk menolak laki-laki yang datang meminangnya. Akibatnya, dia harus mengorbankan diri dengan nyemplung ke laut lalu berubah jadi nyale, demi semua laki-laki bisa merasakan cintanya, tanpa ada yang merasa dirugikan.

Kembali ke tradisi bejambeq, pemberian kado (bejambeq/mereweh) ini perlu ditahu oleh keluarga si gadis dikerenakan pemberian pejambeq tersebut merupakan "wujud pembuktian yang sangat serius" kalau si laki-laki mempunyai ketertarikan yang serius sekaligus pembuktian kalau si laki-laki memiliki hubungan spesial dengan anaknya. Jika tidak demikian, apabila si laki-laki datang ngapel beberapa hari setelah lebaran, orang tua si gadis tidak akan menutup pintu rumahnya. Artinya, si gadis akan diberi "keluasaan" oleh orang tuanya untuk menerima si laki-laki; atau, dengan kata lain, orang tua tidak ada alasan lagi untuk mempertanyakan kehadiran si laki-laki menemui anak gadisnya. Tentu kedatangan si laki-laki dengan sikap, bahasa, dan pakaian yang sopan. Demikian juga, si gadis pun menerimanya dengan sikap dan bahasa yang santun dan hangat, di "betaran" atau ruang tamu yang terbuka.

Pemberian penjambeq dilakukan pada malam Lebaran dikarenakan adanya kesadaran empatik yang mewujud dalam bentuk tradisi bahwa  bejambeq/mereweh dihajatkan untuk membantu si pacar supaya berbahagia pada hari Lebaran. Tampak cantik dan ceria menyambut hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh. Atas fakta ini, model berpacaran ala Sasak pada kaman dahulu mempunyai filosofi yang bagus. Ia tidak sekadar suatu relasi emosional dan fisikal antar laki dan wanita, tetapi lebih dalam dari itu yakni hadirnya suatu rasa sosial kebersamaan dalam wujud berbagi secara ikhlas yang dibingkai atas nama rasa cinta. 

Dan malam ini, malam Lebaran di kampung. Namun, sayangnya, tradisi mereweh atau bejambeq itu sudah tak tampak lagi. Heemm...
Betul sekali. Zaman sudah berubah. Tradisi bejambeq/mereweh pun telah sirna!

Baiklah, saya nikmati malam lebaran ini dengan merokok dan seruputan kopi hitam saja, sembari menikmati takbir dan suara merecon yang bersahut-sahutan nun jauh di sana. SEKIAN

Tansang-Ansang, Sengkol, 1 Mei 2022
TRADISI BEJAMBEQ/MEREWEH PADA MALAM LEBARAN TRADISI BEJAMBEQ/MEREWEH PADA MALAM LEBARAN Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Mei 01, 2022 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.