Puisi: PANJAK


Tahukah engkau adindaku?
Tadi malam aku dipanggil panjak
Oleh orang yang merasa punya nama dan kuasa
Hatiku berdebar!
Mataku membelalak!
Tubuhku mengesiap!
Bukan!
Bukan karena aku dipanggil dengan makna rendah begitu
Bukan!
Bukan karena panjak adalah panggilan untuk manusia nir martabat
Tapi, itu semua karena aku telah disadarkan sungguh
Bahwa aku memang selama ini seorang panjak,
Panjak pada bongkahan besar ambisi dunia, yang menggumpal serupa awan mengitari Rinjani
Sehingga aku buta pada Siapa yang pantas memanggilku panjak
Dan aku malu adindaku
Malu sekali!
Ingin sekali aku mencium kaki orang itu
sebagai wujud keberterimkasihanku
Bahwa aku memang panjak
Tetapi selama ini lupa pada statusku itu
Kapan pun dan di mana pun
Itulah aku. Iya itu.
Dan seharusnya aku bangga
Untuk menjiwa-ragainya
Aku panjak Tuhan!
Yang karenaNya nafas dan ragaku ini mewujud.
Sudah mengertikah engkau, adindaku?

Nuriadi Sayip, Mataram 2/11/2017

Puisi: PANJAK Puisi: PANJAK Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Desember 02, 2017 Rating: 5

Post Comments

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.