Tak 'kan lari gunung dikejar
Ia tetap berdiri kokoh di tempat semula
Sejak bumi ini lahir, pun hingga mati
Kiamat!
Ia tetap berdiri kokoh di tempat semula
Sejak bumi ini lahir, pun hingga mati
Kiamat!
Kata kata itu terngiang indah di telinga
Menusuk lembut melintasi gendang
Tanpa tersaring ibarat air segar melewati kerongkongan
Menusuk lembut melintasi gendang
Tanpa tersaring ibarat air segar melewati kerongkongan
Namun itu hanya kata kata
Yang keluar lewat mulut
Tak perduli bau busuk atau harum
Yang keluar lewat mulut
Tak perduli bau busuk atau harum
Aku tak bergeming kata kata itu
Biarkan orang terpengaruh olehnya
Sedangkan aku, tidak!
Aku ibarat gunung itu
Tak akan berlari tak pula tertidur
Biarkan orang terpengaruh olehnya
Sedangkan aku, tidak!
Aku ibarat gunung itu
Tak akan berlari tak pula tertidur
Aku adalah aku
Aku yang apa adanya
Yang sejak awal berpikir dan merasa
Bahwa aku akan seperti adanya
Janganlah engkau mempengaruhi
Terkecuali engkau berkapasitas atas gerak nafasku
Aku yang apa adanya
Yang sejak awal berpikir dan merasa
Bahwa aku akan seperti adanya
Janganlah engkau mempengaruhi
Terkecuali engkau berkapasitas atas gerak nafasku
Biarkan gunung mampu berlari
Tetap, aku tak memaksa fisikku mengejarnya
Jika mengejar, yang kukejar simbolisnya saja
Serupa Rinjani yang menaungi Lombok
Itu pun entah kapan, semau gerak hatiku.
Jika mengejar, yang kukejar simbolisnya saja
Serupa Rinjani yang menaungi Lombok
Itu pun entah kapan, semau gerak hatiku.
Mataram, 22 Desember 2017
Puisi: AKU ADALAH AKU
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Desember 22, 2017
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar