Dengan cara apa lagi aku harus meyakinkanmu
Engkau masih tidak mau bergeming
Padahal aku sudah mengalah
Dalam arti yang sesungguhnya
Karena aku tahu engkau itu benar
Engkau masih tidak mau bergeming
Padahal aku sudah mengalah
Dalam arti yang sesungguhnya
Karena aku tahu engkau itu benar
Jika itu yang engkau dambakan
Maka dunia ini memang sedang mendatar
Tidak membundar. Tidak!
Dan rembulan sudah meredup pasi
Sehingga kebenaran lain sudah tinggal tergadai.
Maka dunia ini memang sedang mendatar
Tidak membundar. Tidak!
Dan rembulan sudah meredup pasi
Sehingga kebenaran lain sudah tinggal tergadai.
Kita sedang mencari
Sebuah definisi
Yang sejak dahulu hilang
Centang perenang oleh angin pusut
Bertiupan kencang dari Pantai Kuta
Kita tak bisa mengelak
Dan aku terciduk rasa dungu lagi.
Sebuah definisi
Yang sejak dahulu hilang
Centang perenang oleh angin pusut
Bertiupan kencang dari Pantai Kuta
Kita tak bisa mengelak
Dan aku terciduk rasa dungu lagi.
Sudah, sudahlah!
Kita akhiri saja
Dunia kita memang lepas terpisah
Beda dalam arti yang sebenar-benarnya
Dan sebaiknya kita menari sendiri
Dengan musik takdir masing-masing.
Kita akhiri saja
Dunia kita memang lepas terpisah
Beda dalam arti yang sebenar-benarnya
Dan sebaiknya kita menari sendiri
Dengan musik takdir masing-masing.
Biar, biarkan aku memujamu
Dari puncak bukit yang aku anggap gunung
Dan engkau terbang lagi, sangar, Dengan kepakan sayap indahmu
Sehingga orang membelamu
Meski engkau tak selamanya benar.
Dari puncak bukit yang aku anggap gunung
Dan engkau terbang lagi, sangar, Dengan kepakan sayap indahmu
Sehingga orang membelamu
Meski engkau tak selamanya benar.
Hanya satu yang aku minta
Platonisme adalah keniscayaan kita
Bukan sebuah rekaan jiwa yang sumir
Aku tetap memegangnya sebagai tongkat
Tatkala berjalan lurus menebas setiap peristiwa
Platonisme adalah keniscayaan kita
Bukan sebuah rekaan jiwa yang sumir
Aku tetap memegangnya sebagai tongkat
Tatkala berjalan lurus menebas setiap peristiwa
Tak usah ragulah
Aku tidak kuasa lagi meyakinkanmu
Dengan kata kata
Benar, diam adalah kata nyata
Yang bisa dimengerti diri kita
Lalu kita saling menghormati
Sebagai manusia adanya, bukan siapa siapa.
Selamat tinggal!
Aku tidak kuasa lagi meyakinkanmu
Dengan kata kata
Benar, diam adalah kata nyata
Yang bisa dimengerti diri kita
Lalu kita saling menghormati
Sebagai manusia adanya, bukan siapa siapa.
Selamat tinggal!
Mataram, 5 Desember 2017
Puisi: SELAMAT TINGGAL
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Desember 05, 2017
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar