Puisi: POHON (Sebuah Ironi)


Pohon, ada apakah denganmu?
Engkau tiba-tiba meranggas sendiri
Padahal kali ini musim penghujan
Yang di mana-mana air berlimpah ruah
Pun di balik tanah engkau berdiri tegak
Air mengisi seluruh humus bersenyawa

Pohon, tidakkah engkau tahu?
Saat ada air pasti ada kehidupan
Dan engkau sejak lama merasainya
Basah, basah sepanjang waktu
Tapi mengapa engkau justru kini meranggas?
Menandai kematianmu telah tiba?

Pohon, apa masalahmu?
Apakah engkau sejak dulu mengidap penyakit?
Yang sebenarnya kau derita, tapi tanpa kau lisankan?
Engkau munafik!
Munafik pada dirimu sendiri.

Pohon, ketika pohon-pohon di sekitarmu tengah menari bahagia
Engkau justru limbung dengan penderitaan
Engkau sama sekali tidak menarik lagi
Bahkan menjijikkan!
Karena warna tua kelabu yang kau tawarkan
Bukan warna hijau ataupun warna-warni
Serupa bunga bermekaran
Baumu itu, oh... bau yang menyesakkan hidung
Ah... engkau ini absurd!

Pohon, sudahlah!
Jangan pura-pura kokoh.
Semakin kau tunjukkan itu,
Semakin tampak engkau rontok.
Lebih baik kau tinggalkan posisi itu
Lalu biarkan tetumbuhan di bawahmu berkembang pesat
Mereka juga berhak hidup sepertimu, bukan?

Pohon, meranggasmu adalah pertanda
Bahwa duniamu telah bergeser
Ke dunia yang berbeda dari mereka
Saatnya engkau perbanyak istighfar
Saatnya engkau isi galihmu dengan Asmaul Husna
Saatnya engkau pergunakan akarmu 'tuk mengejar air kemakhlukanmu
Sehingga, kelak...
Ambrukmu adalah tanda sujudmu yang asli.

Duhai, Pohon...
Semoga engkau paham!

Mataram, pada sore hari
(22/12/2017

Puisi: POHON (Sebuah Ironi) Puisi: POHON (Sebuah Ironi) Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on Desember 22, 2017 Rating: 5

Post Comments

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.