Sedih itu serupa angin
Tidaklah terlihat tapi terasa
Tidak ada postulat atau rumus
Yang mampu menolaknya
Hanya jejak-jejaknya
Yang dapat dihikmahi
Tidaklah terlihat tapi terasa
Tidak ada postulat atau rumus
Yang mampu menolaknya
Hanya jejak-jejaknya
Yang dapat dihikmahi
Jika kita berangan memeluk gunung
Maka jangan merasa besar laksana gunung
Cukuplah berimajinasi bagaikan awan pekat
Maka gunung besar itu akan tertangkar
Lalu sedih pun akan terbinasa
Tapi itu sesaat lamanya!
Maka jangan merasa besar laksana gunung
Cukuplah berimajinasi bagaikan awan pekat
Maka gunung besar itu akan tertangkar
Lalu sedih pun akan terbinasa
Tapi itu sesaat lamanya!
Manusia tidak akan lepas dari sedih
Jika dia manusia normal
Selama punya rasa dan pikiran
Ia akan bergelayut bak bayang-bayang
Di setiap detak jantung yang beritme
Jika dia manusia normal
Selama punya rasa dan pikiran
Ia akan bergelayut bak bayang-bayang
Di setiap detak jantung yang beritme
Sedih itu...
Aku tak bisa berucap lagi
Ahhh..
Tidak...
Dia menghujamiku sadis
Serupa hujan turun lebat
Sejak tadi siang
Aku tak bisa berucap lagi
Ahhh..
Tidak...
Dia menghujamiku sadis
Serupa hujan turun lebat
Sejak tadi siang
: Aku manusia normal!
Mataram, 19 Desember 2017
Puisi: SEDIH (Sebuah Jawaban)
Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum
on
Desember 19, 2017
Rating:

Tidak ada komentar:
Posting Komentar