Malam pekat, hambar terasa
Seketika suara rintik hujan
Membedah: ambiyaar!
Rongga jiwa yang mulai tertutup
Terbuka meleleh cepat
Ibarat secarik plastik terbakar api
: Aku terasing tanpa rupa
Mengapa hujan turun malam ini?
Mengapa tidak kemarin, atau sehari sebelumnya?
Jangkrik menyungsep ke dalam lubang
Suara katak membahana di ujung sana
Suara anjing liar tak terdengar seperti biasanya
Mungkin mereka tengah bermain dalam mayapada kemakmuran
Amboi malam ini menabuh riuh
Seriuh hatiku yang tak pernah bisa membisu
Terus saja mendengungkan asa
Yang ingin terlepas dari pendakian menanjak dan bergerigi
Mata sulit memejam
Meski malam menua nian
Dongeng ninabobok tak bertuah
Tertindih melipir oleh rintik yang satir
Aku iri pada anjing-anjing itu
Terlelap lesap tertelan dengkur
Aku hanya seumpama katak itu
Yang terus berteriak tak perduli waktu
Keheningan hanyalah mimpi
Kebisingan terus menghantui
Apakah ini 'kan terus terjadi?
Aku ingin malam ini cepat menepi
Dan pagi datang menyambang
Sehingga suara hujan tak lagi terhiraukan.
Mataram, 21 Desember 2017

Tidak ada komentar:
Posting Komentar