Puisi: DUDUK YANG MENGGEMA


Duduk termangu sambil menatap gerak jarum jam sesekali
Di atas kasur kehidupan yang lusuh dan compang camping
Dileburkan oleh air ompol dan iler sepanjang waktu,

Aku tetap terjaga dalam gerak yang mendiam
menghadirkan ingatan kebesaranMu, Tuhan
Bahwa nafasku yang berkulai dengan gedibuk-gedubak takdir
Adalah sebuah fenomena jazz
Yang sejak dahulu telah dimainkan:
Mengisi rongga-rongga alam semesta yang Kau hibahkan.

Tertawa renyah ditemani segelas kopi yang jernih kehitaman
Sembari mendengar untaian kata-kata sahabat yang telanjang dada
Di pagi hari yang sudah terasa terik,

Aku terbias tentang kisah kehidupan para nabi
Yang diutus oleh Tuhan mereka di atas belantara peradaban
Oleh Engkau yang mempunyai sifat sembilan sembilan
Bahwa Engkau memang sebuah jantung yang tanpa henti berdetak
Dalam menghidupi sebongkah batu yang makin mengeras
Di sepanjang labirin lelakon yang aktif menata kemanfaatannya.

Apabila duduk adalah sebuah aktifitas,
Maka memaknainya tentu tidak dengan serta merta celotehan kata
Tetapi dengan gejala-gejala pikir yang terukuri sukma
Seperti kaum Quaker yang menjadikan bahasa jiwa sebagai pedoman
Di dalam pergolakannya dengan keseharian
Karena bahasa jiwa itu adalah cahaya Tuhan
Yang hidup dan terus menghidupi di dalam raga yang penuh potensi
Berkomunikasi dengan Sang Maha.

Yogyakarta, 30 September 2013
Puisi: DUDUK YANG MENGGEMA Puisi: DUDUK YANG MENGGEMA Reviewed by Prof. Dr. H. Nuriadi Sayip S.S., M.Hum on November 10, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.